Menghitung Kadar Air Granul

Granul dibuat dengan maksud untuk memperbaiki sifat alir massa serbuk yang akan dibuat menjadi sediaan tablet, kapsul, puyer, ataupun suspensi kering. Salah satu cairan pembasah yang dapat digunakan adalah air, sehingga setelah melalui proses pengeringan, kadar air granul harus dievaluasi untuk mengetahui kadar air yang tertinggal di granul.

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur kadar air adalah metode gravimetri dengan cara membandingkan bobot granul setelah dipanaskan dengan bobot granul sebelum dipanaskan. Pada saat pemanasan berlangsung, air yang masih tertinggal dalam granul akan menguap.

Salah satu alat yang bisa digunakan untuk mengukur kadar air dengan prinsip gravimetri adalah moisture analyzer. Dilihat dari katanya ‘moisture analyzer‘ artinya penganalisa kelembaban. Jadi yang diukur oleh alat ini adalah kandungan lembab yang terkandung dalam zat uji yang kemudian menguap akibat panas yang dikeluarkan oleh alat ini. Kandungan lembab bisa meliputi air atau pelarut organik yang digunakan pada saat pembuatan granul. Jadi memang tidak spesifik mengukur air. Kalau memang pembasah yang digunakan pada proses pembuatan granul adalah pelarut organik, maka yang perlu diukur/ terukur adalah kadar pelarut organik.

Temperatur moisture balance bisa di set sesuai dengan yang diinginkan. Untuk mengukur kadar air granul, moisture balance cukup diset pada temperatur 70 derajat celsius untuk mencegah ikut menguapnya air kristal yang terkandung dalam bahan yang digunakan dalam pembuatan granul. Air kristal bisa menguap pada temperatur lebih dari 100 derajat celsius. Jika hal ini terjadi, maka akan terjadi kekeliruan dalam mengukur kadar air karena air kristal yang menguap pada saat pengukuran kadar air granul tidaklah menguap pada saat pengeringan granul yang dilakukan pada temperatur 40-50 derajat celsius.

Pernah terjadi kasus, suatu granul dikeringkan pada temperatur 40-50 derajat celsius. Setelah disimpan dalam oven selama 1 hari, kadar airnya tercatat 7 %. Karena belum memenuhi syarat kadar air granul yang diharapkan, maka pengeringan terus dilanjutkan. Setelah 2 hari, kadar air granul yang tercatat tetap 7%, begitupun setelah 3 hari. Setelah dicek, ternyata salah satu bahan yang terkandung dalam granul merupakan senyawa hidrat (memiliki air kristal). Karena pengukuran kadar air dilakukan pada temperatur 105 derajat celsius, maka otomatis air kristalnya ikut menguap sehingga ikut tercatat sebagai kadar air granul. Dan bisa jadi angka 7 % tersebut adalah kadar air kristal, sedangkan kadar air granul sejatinya nol, karena sudah terlalu lama dikeringkan.

Semoga pengalaman ini bisa dijadikan pelajaran.

~ oleh pojokfarmasi pada Oktober 20, 2009.

Tinggalkan komentar